Pages

FITRAH MANUSIA DALAM PENDIDIKAN

Beberapa penafsiran tentang fitrah manusia dialam raya ini yang korelasinya dengan pendidika  antara lain: 1. Potensi dasar yang tidak dapat diubah (nativisme) yaitu potensi untuk beragama. 2. Bersifat netral, perkembangan anak didik harus dipengaruhi dari luar (empirisme). Jadi pendidikan sangat mempengaruhi diri seorang anak. Hal ini sesuai dengan surat An-Nahl : 78 (hidayah), al-Alaq: 3-4 (manusia harus belajar dan menghayati baik secara formal maupun non-formal dan dengan alam semesta). 3. Konvergensi, mengintegrasikan antara fitah yang bersifat alami dengan faktor luar (pendidikan). Komponen psikologi dalam fitrah yang berpotensi yaitu: a. Kemampuan dasar untuk beragama b. Bakat dan kecenderungan yang mengacu pada keimanan kepada Alloh c. Naluri dan wahyu bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan d. Kemampuan dasar beragama secara umum, bukan Islam saja e. Kondisi jiwa yang bersih, terbuka terhadap pengaruh luar, sedangkan pengadaan reaksi bukan berasal dari fitrah. Fitrah menurut Al-Ghazali: 1. kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang. 2. Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek secara mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu. 3. Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan rresponsif terhadap pengaruh luar yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu, karakter dan intuisi.
 F. METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
Metodologi dalam pendidikan mempunyai tugas dan fungsi memberi cara yang baik untuk pelaksanaan operasional pendidikan Islam. Metodologi harus sejalan dengan substansi dan tujuan ilmu pengetahuan induknya. Dan dalam penerapannya bersumber pada al-Qur’an dan Hadits yang meliputi: 1. Al-Qur’an menunjukkan fenomena bahwa firman Alloh sesuai dengan sasaran dan tempat yang dihadapi. Alloh memberikan metode pengajaran alternatif yaitu pilihan dan setiap individu berbeda kemampuannya. 2. Alloh mendidik manusia disesuaikan dengan kemampuan masing-masing 3. Bersifat multi approach, yaitu melalui pendekatan religiuss, filosofis, sosiokultural dan scientific. Pertumbuhan dan perkembangan manusia tercermin dalam al-qur’an yang bersifat derifatif yaitu: 1. Mendorong manusia untuk memikirkan kehidupannya sendiri dan alam sekitar 2. Mendorong manusia untuk megamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari 3. Mendorong berjihad 4. Suasana pendidikan yang sesuai dengan tempat dan waktu 5. Metode pembuatan kelompok 6. Metode instruksional 7. Metode bercrita (QS. Yusuf: 111,                          111. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. QS. Al-Maidah: 27-28)                   •                           27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". 28. "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam." 8. Metode bimbingan dan penyuluhan (QS. Yunus: 57, QS.  ••   •           57. Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. An-Nisa’: 58,  •           ••     •      •      58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. Al-Luqman: 13 dan                 13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

0 komentar:

Posting Komentar